Perubahan
iklim, mungkin kata yang tak asing di telinga kita. Topik perubahan
iklim mungkin tidak bisa dijelaskan dalam artikel yang singkat.
Perubahan iklim merupakan malapetaka bagi dunia dan kehidupan manusia.
Perubahan iklim merupakan dampak dari pemanasan global. Ada beberapa
fakta tentang perubahan iklim dunia yaitu pertengahan desember 2008, Las
Vegas, Nevada, AS mengalami hujan salju terhebat dalam angka 30 tahun
terakhir. Di kota yang biasanya beriklim panas itu salju tebal tampak
menyelimuti sebagian besar daerahnya. Fakta kedua, lapisan es di Kutub
Utara tampaknya telah mencapai tingkat paling rendahnya sepanjang tahun
2008. Fakta ketiga, pada Juli 2007, hawa panas memberikan dampak yang
lebih dasyat di Syria tepatnya 350 km utara Damaskus. Sebuah gudang
senjata api militer meledak setelah terbakar. Peristiwa ini
mengakibatkan 15 serdadu tewas dan melukai 50 lainnya. Fakta keempat,
pada Juli 2007, di Yunani dilaporkan suhu udara menembus angka 45
derajat celcius. Panas yang berlebihan ini menyebabkan kebakaran di
beberapa tempat. Fakta yang kelima, panas yang tinggi 41,9 derajat
celcius juga terjadi di
Hungaria,
Juli 2007. Panas ini mengakibatkan 500 orang meninggal dunia di
Hungaria. Fakta yang keenam, di Rumania, Juli 2007, suhu udara mencapai
45 derajat celcius dan menyebabkan 19 ribu warga Rumania masuk rumah
sakit karena kepanasan. Fakta ketujuh, di Bulgaria, suhu udara yang
mencapai 45 derajat celcius, Juli 2007, menyebabkan kebakaran hutan.
Fakta kedelapan, hujan es yang disertai angin ribut melanda kawasan
Laramie, Wyoming, Amerika Serikat, Juli 2007. Kejadian ini menyebabkan
sebagian kota terendam air. Itulah beberapa fakta tentang perubahan
iklim. Jika kita tidak menjaga bumi kita maka pemanasan global akan
semakin parah dan akan menyebabkan perubahan iklim yang akan lebih parah
lagi.
Taukah
anda apa penyebab perubahan iklim? Ya, perubahan iklim global terjadi
karena atmosfer bumi dipenuhi oleh gas rumah kaca (GRK), seperti karbon
dioksida dan metana, yang dihasilkan oleh manusia. Gas karbondioksida
terjadi akibat proses pembakaran bahan bakar fosil dengan tujuan untuk
menghasilkan energi dan juga akibat kebakaran hutan. Sementara gas
metana terjadi akibat aktivitas pembuangan sampah. Did you know?
Selama 13 tahun terakhir, dua belas tahun diantaranya tercatat sebagai
tahun-tahun terpanas. Dengan akumulasi GRK yang terus berlangsung
seperti saat ini, pada dua sampai tiga dekade mendatang peningkatan
pemanasan global akan melampaui perhitungan yang telah ada selama ini.
IPCC memperkirakan bahwa pada tahun 2050 temperatur global akan naik 2-3
derajat celcius. Padahal sekarang saja sudah panas sekali, bagaimana
kalau suhu bumi meningkat, wah makin panas saja…!
Peningkatan temperatur di bumi akan berdampak pada :
- Meluasnya pencairan es di kutub utara
- Meningkatnya suhu air laut, yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut
- Musim kering akan semakin kering dan musim penghujan akan lebih basah
- Meningkatnya curah hujan dan kondisi banjir
Dampak perubahaan iklim yang lain sangatlah banyak, antara lain sebagai berikut:
Dampak perubahan iklim terhadap pertanian
Diperkirakan
produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami penurunan bila
terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2o C sehingga
meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan
dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi
lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan
tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih
panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan
kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan,
akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia
mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang
diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1998). Adaptasi bisa dilakukan
dengan menciptakan bibit unggul atau mengubah waktu tanam. Peningkatan
suhu regional juga akan memberikan dampak negatif kepada penyebaran dan
reproduksi ikan.
Tabel 1 : Luas tanaman padi terkena bencana banjir dan kekeringan
dan puso (ha) pada tahun 1988-1997 (Yusmin, 2000)
Tahun
|
Keterangan
|
Kebanjiran(ha)
|
Kekeringan(ha)
|
Puso(ha)
|
1987
|
El-Nino
|
***
|
430.170
|
***
|
1988
|
La-Nina
|
130.375
|
87.373
|
44.049
|
1989
|
Normal
|
96.540
|
36.143
|
15.290
|
1990
|
Normal
|
66.901
|
54.125
|
19.163
|
1991
|
El-Nino
|
38.006
|
867.997
|
198.054
|
1992
|
Normal
|
50.360
|
42.409
|
16.882
|
1993
|
Normal
|
78.480
|
66.992
|
47.259
|
1994
|
El-Nino
|
132.975
|
544.422
|
194.025
|
1995
|
La-Nina
|
218.144
|
28.580
|
51.571
|
1996
|
Normal
|
107.385
|
59.560
|
50.649
|
1997
|
El-Nino
|
58.974
|
504.021
|
102.254
|
Dampak Perubahan iklim terhadap kenaikan Muka Air Laut.
Naiknya permukaan laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga akan
menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan
Sulawesi (UNDP, 2007). akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan
mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini
sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur,
apabila suhu air laut naik 1,50C setiap tahunnya sampai 2050 akan
memusnahkan 98% terumbu karang. di Indonesia kita tak akan lagi
menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit
memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena
pola iklim yang berubah.
Kenaikan
temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan
mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut
dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi
kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya
berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan
udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka
air laut juga akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat
biofisik dan biokimia di zona pesisir.
Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.
Frequensi
timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat.
Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan
terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.
”Pemanasan global” juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis
seperti malaria dan demam berdarah. Penduduk dengan kapasitas
beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta
berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
berbagai serangga dan hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko
penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan
malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu
berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara
per minggu akan menurunkan kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan
meningkat secara signifikan. Gelombang panas yang melanda Eropa tahun
2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang
mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi
rumput kering).
Dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air.
Pada
pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air
di daerah subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat
sebanyak 10-40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang
kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang
sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.
Dampak perubahan iklim terhadap Ekosistem
Kemungkinan
punahnya 20-30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu
rata-rata global sebesar 1,5-2,5oC. Meningkatnya tingkat keasaman laut
karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa
dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang
serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya
di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang
seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat
naiknya suhu air laut. (Sumber World Wild Fund (WWF) Indonesia)
Dampak perubahan iklim Sektor Lingkungan
Dampak
perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan, kependudukan,
dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh terhadap
perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara
lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi,
memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan
bencana alam, berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah
rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan
pemanfaatan ruang.
Dampak perubahan iklim pada Sektor Ekonomi
Semua
dampak yang terjadi pada setiap sektor tersebut diatas pastilah secara
langsung akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia akibat
kerugian ekonomi yang harus ditanggung.
Dampak perubahan iklim pada pemukim perkotaan
Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah di Jakarta
karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut, permukaan tanah turun:
pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah
telah menyebabkan tanah turun.Namun Jakarta memang sudah secara rutin
dilanda banjir besar:p ada awal Februari,2007,banjir di Jakarta
menewaskan 57 orang dan memaksa 422.300 meninggalkan rumah, yang 1.500
buah di antaranya rusak atau hanyut.Total kerugian ditaksir sekitar 695
juta dolar. Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka
air laut setinggi 0,5 meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut
dapat menyebabkan enam lokasi terendam secara permanen dengan total
populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta – Kosambi,
Penjaringan dan Cilincing; dan tiga di Bekasi – Muaragembong, Babelan
dan Tarumajaya.Banyak wilayah lain di negeri ini juga akhir-akhir ini
baru dilanda bencana banjir. Banjir besar di Aceh, misalnya, di
penghujung tahun 2006 menewaskan 96 orang dan membuat mengungsi 110,000
orang yang kehilangan sumber penghidupan dan harta benda mereka. Pada
tahun 2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung
berhari-hari telah merusak jalan dan memutus jembatan, serta mengucilkan
200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada tahun itu,banjir dan longsor
yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang mengungsi ke
tenda-tenda dan barak-barak darurat.
Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi :
1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat
elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop
kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik
PLN menggunakan bahan bakar fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang
memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas
berbahaya ketika dibakar. Atau anda juga dapat membantu mengumpulkannya
untuk didaur ulang kembali.
Sudah
siapkah selamatkan bumi demi anak cucu kita? Mari kita bersama-sama
menjaga bumi kita dari kerusakan tangan orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. J